Curak dilakukan dengan cara menyebarkan uang receh dan permen kepada anak-anak yang datang atau anggota keluarga lainnya.
Tawa anak-anak yang berebut permen menjadi simbol kegembiraan keluarga atas kelahiran anggota baru.
Bagi orang tua di Jawa, sawer adalah bentuk sedekah dan syukur. Sedekah kecil ini dipercaya membawa rezeki bagi keluarga yang melakukannya.
Baca Juga:Datang Lebih Awal 3 Jam, Wartawan Ini Malah Ketipu Narasumber MisteriusTak Banyak yang Tahu, Begini Cara Jurnalis Lakukan Self-Healing untuk Hilangkan Kepenatan Pacsa Deadline
Dalam suasana sederhana, tradisi ini menjadi penutup hangat dari seluruh rangkaian ritual puputan.
Makna yang Terus Dipegang Meskipun Zaman Berubah
Satu hal yang menarik dari tradisi puputan adalah kemampuannya untuk tetap bertahan.
Di tengah modernisasi, dalam era rumah sakit, inkubator, dan teknologi kedokteran canggih, tradisi ini tetap hidup.
Beberapa keluarga mungkin mulai menyesuaikan prosesnya: Ada yang tidak lagi memakai bunga tujuh rupa, diganti dengan bahan antiseptik.
Ada yang tidak lagi menggunakan pendil gerabah, melainkan wadah yang lebih modern. Ada yang memilih mengubur ari-ari di tempat khusus seperti taman belakang rumah.
Namun esensinya tetap sama: menghormati kehidupan, menghargai proses kelahiran, dan menjaga hubungan spiritual antara manusia dan bagian tubuhnya sendiri.
Di beberapa keluarga muda, diskusi tentang puputan sering menjadi perdebatan kecil. Ada yang menganggapnya hanya mitos. Ada yang menganggapnya warisan penting yang harus dirawat.
Baca Juga:Diduga Lakukan Pungli Dana BOS SD, 3 Pejabat Disdik Kabupaten Cirebon Dilaporkan ke PolisiPemuda Cirebon Timur Pasang Spanduk Tuntut Transparansi Aktivitas Gedung Ini di Ciledug
Ada pula yang memilih jalan tengah, menjalankan ritual sebagai bentuk penghormatan terhadap orang tua.
Apa pun pilihan mereka, tradisi puputan tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Jawa.
Ia bukan hanya ritual, melainkan simbol keterikatan pada masa lalu, serta cara mengingat bahwa manusia tidak pernah lahir sendirian.
Mengapa Tradisi Seperti Ini Penting untuk Dipertahankan?
Jawabannya tidak sesederhana “karena ini tradisi leluhur”. Ada alasan yang lebih dalam:
1. Tradisi adalah identitas
Dalam dunia yang semakin seragam, tradisi adalah pembeda. Ia menegaskan bahwa masyarakat Indonesia memiliki cara pandang sendiri dalam melihat kehidupan.
2. Tradisi menjaga kedekatan keluarga
Proses puputan biasanya melibatkan banyak anggota keluarga. Momen seperti ini mempererat hubungan, menghadirkan cerita, dan menciptakan kehangatan.
3. Tradisi menyimpan nilai filosofis
Puputan mengajarkan penghormatan pada proses kelahiran, pada tubuh, dan pada kehidupan. Nilai-nilai ini tetap relevan meskipun zaman berubah.
