Cangkul kecil untuk anak yang diharapkan rajin bekerja. Uang logam sebagai simbol kecukupan.
Meskipun sebagian masyarakat modern mulai meninggalkan praktik simbolis ini, banyak yang masih mempertahankan nilai filosofisnya: bahwa kelahiran manusia perlu disambut dengan penghormatan dan doa, baik lahir maupun batin.
Setiap Daerah, Setiap Kearifan
Menariknya, meski sama-sama berada di wilayah Jawa Barat, beberapa daerah memiliki ragam tradisi puputan yang berbeda.
Baca Juga:Datang Lebih Awal 3 Jam, Wartawan Ini Malah Ketipu Narasumber MisteriusTak Banyak yang Tahu, Begini Cara Jurnalis Lakukan Self-Healing untuk Hilangkan Kepenatan Pacsa Deadline
Di Kabupaten Cirebon, misalnya, perbedaan itu bisa terlihat hanya dengan berpindah beberapa desa.
Kalimukti: Tradisi Puputan yang Umum Dikenal
Di Desa Kalimukti, proses pemakaman ari-ari berlangsung dengan pola umum: ari-ari dimasukkan ke pendil, diberi garam, dan bunga tujuh rupa. Pendil kemudian dibawa ke halaman rumah, atau tempat yang dianggap baik dan bersih.
Pemakaman dilakukan oleh keluarga dekat, biasanya anggota laki-laki. Tidak ada simbol tambahan yang terlalu khusus selain doa dan kehati-hatian dalam prosesnya.
Pamengkang dan Sekitarnya: Tradisi yang Punya Aturan Berbeda
Namun suasananya berubah ketika berpindah ke Desa Pamengkang dan beberapa desa di sekitarnya.
Di sini, ada aturan unik yang hingga kini masih dijalankan oleh sebagian besar warga.
Aturannya sederhana tapi bermakna: Jika bayinya laki-laki, yang membawa pendil ke lubang pemakaman harus perempuan.
Namun perempuan tersebut harus berdandan seperti laki-laki, misalnya memakai peci atau sarung.
Baca Juga:Diduga Lakukan Pungli Dana BOS SD, 3 Pejabat Disdik Kabupaten Cirebon Dilaporkan ke PolisiPemuda Cirebon Timur Pasang Spanduk Tuntut Transparansi Aktivitas Gedung Ini di Ciledug
Jika bayinya perempuan, maka sebaliknya. Pendil harus dibawa oleh laki-laki atau seseorang yang berdandan seperti perempuan.
Di balik aturan ini, terdapat keyakinan bahwa keseimbangan antara unsur lelaki dan perempuan harus dijaga.
Dalam pandangan budaya setempat, keselarasan ini penting agar sang anak tumbuh dengan karakter yang seimbang tidak terlalu keras, tidak terlalu lembut, dan mampu menghadapi kehidupan dengan bijak.
Tradisi ini menunjukkan betapa lokalitas sangat mempengaruhi budaya. Meskipun puputan sama-sama dilakukan di banyak daerah Jawa, detailnya bisa berubah mengikuti nilai-nilai, kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat setempat.
Inilah kekayaan budaya Indonesia: satu tradisi memiliki seribuan wajah yang berbeda.
Curak Penutup Penuh Sukacita
Setelah ari-ari dikubur, masyarakat biasanya mengadakan curak atau sawer. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur karena rangkaian ritual selesai dan bayi telah diterima di dunia dengan selamat.
