Mengapa Ari-Ari Bayi Baru Lahir Dikubur? Ini Jawaban Filosofis dari Tradisi Jawa

Ilustrasi Didin
Makna dari filosofi mengubur ari-ari usai bayi dilahirkan di alam dunia dalam tradisi Jawa.
0 Komentar

Ritual yang Tak Sekadar Ritual

Proses puputan terdengar sederhana: ari-ari dibersihkan, disiapkan, dan kemudian dikubur. Namun di balik kesederhanaan itu, ada banyak simbol, aturan, dan nilai-nilai yang diselipkan.

Usai proses persalinan selesai dan ari-ari dipisahkan, keluarga segera menyiapkan wadah khusus berupa pendil atau gerabah. Ari-ari tersebut diletakkan dengan hati-hati, lalu dicampur dengan garam dan bunga tujuh rupa.

Garam berfungsi sebagai penyerap sekaligus pengawet alami, agar aroma ari-ari tidak mengganggu lingkungan. Sementara bunga tujuh rupa melambangkan doa, keharuman, sekaligus penetralisir energi.

Baca Juga:Datang Lebih Awal 3 Jam, Wartawan Ini Malah Ketipu Narasumber MisteriusTak Banyak yang Tahu, Begini Cara Jurnalis Lakukan Self-Healing untuk Hilangkan Kepenatan Pacsa Deadline

Angka tujuh sendiri adalah angka simbolik dalam kepercayaan Jawa: angka kesempurnaan, perlindungan, dan keberuntungan.

Pendil kemudian ditutup, namun tidak boleh rapat sepenuhnya. Pada bagian tutup dilubangi kecil sebagai jalur udara, lalu diberi bambu atau pipa kecil.

Orang tua dahulu meyakini bahwa udara harus tetap bisa keluar masuk. Bukan hanya untuk alasan kesehatan lingkungan, tetapi juga sebagai simbol agar energi ari-ari tidak “terkurung”, dan tetap bisa menjaga sang bayi dari jauh.

Bagi sebagian masyarakat Jawa, setiap tahap dalam ritual ini memiliki dampak tersendiri. Jika ada yang terlewat, dipercaya dapat berimbas pada masa depan anak.

Misalnya anak menjadi penakut, sering sakit, atau tidak percaya diri. Karena itu, ritual puputan dijalankan penuh kehati-hatian, seolah setiap langkah adalah doa yang diletakkan satu per satu.

Sakral di Setiap Detail

Tradisi ini memang sarat simbol. Pada masyarakat Jawa lama, ari-ari bahkan diberi nama khusus, seperti manusia.

Ia dipercaya akan menemani si anak hingga dewasa, mengikuti ke mana pun ia pergi, melindungi dari jauh, dan menjadi “teman halus” dalam perjalanan hidup.

Baca Juga:Diduga Lakukan Pungli Dana BOS SD, 3 Pejabat Disdik Kabupaten Cirebon Dilaporkan ke PolisiPemuda Cirebon Timur Pasang Spanduk Tuntut Transparansi Aktivitas Gedung Ini di Ciledug

Dalam beberapa keluarga, lubang pemakaman ari-ari juga diberi penerangan berupa lampu kecil zaman dulu biasanya lampu teplok atau blencong selama beberapa hari.

Lampu ini bukan hanya penerang, tetapi simbol agar hidup sang anak kelak selalu bercahaya, tidak diliputi kesulitan, dan berjalan jelas.

Tidak jarang pula orang tua menaruh benda-benda tertentu di atas area pemakaman ari-ari, tergantung harapan mereka untuk sang bayi. Misalnya: Pensil atau buku jika berharap anak pintar.

0 Komentar