ARTIKELKITA – Suhu panas yang terjadi akhir-akhir ini akan mengalami puncaknya pada bulan Oktober ini.
Menurut Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan bahwa, pada kondisi cuaca normal, kemarau mengalami puncak pada bulan Juli dan Agustus.
Namun, kali ini situasinya berbeda, bulan Oktober yang biasanya sudah masuk musim hujan. Malah, diprediksi menjadi puncak kemarau.
Baca Juga:Hasil Investigasi Kebakaran Gedung Resepsi Pernikahan di Irak yang Tewaskan 100 Orang: Kelalaian FatalCanggih Banget! Hyundai Sematkan Teknologi Baru di Mobil Listrik Andalannya IONIQ 5
Pergeseran siklus cuaca ini dipengaruhi oleh dua fenomena alam, El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) bergeser ke Oktober.
“Sekarang El Nino positif dan IOD juga positif, keduanya mencapai puncak sekitar Oktober 2023,” ujarnya dilansir dari Antara, Selasa Oktober 2023.
Kedua fenomena osilasi suhu air permukaan laut–El Nino di Samudera Pasifik dan IOD di sebelah barat Samudera Hindia.
Dua fenomena alam yang hadir secara bersamaan ini membuat negara yang terletak di garis khatulistiwa seperti Indonesia merasakan dampak cukup masif.
Sejumlah daerah di Indonesia yang diprediksi mengalami suhu panas ekstrem, di anta Kota Surabaya dengan suhu tertinggi diprediksi mencapai 43 derajat Celcius.
Kota Semarang mencapai 40 derajat Celcius, dan Jakarta dengan suku udara maksimum 37 derajat Celcius pada pertengahan Oktober 2023.
Dijelaskan semua uap air dan awan hujan ditarik ke arah utara dan barat karena pusat tekanan rendah berada di Samudera Pasifik dan sebelah barat Samudera Hindia tempat terjadinya El Nino dan IOD.
Baca Juga:Bingung Tanggal 1 Oktober Dana Pensiun PNS Belum Cair, Ternyata Ini MasalahnyaMumpung Masih Ada Waktu, Inilah Jadwal Seleksi CASN di Perpusnas Jakarta, Blitar dan Bukit Tinggi
Kondisi itu membuat Indonesia yang terletak di antara kedua fenomena tersebut mengalami musim kering yang cenderung panjang.
“Saya berharap Oktober 2023 adalah akhir dari cerita kemarau terik. El Nino dan IOD diprediksi menuju fase netral pada akhir Februari atau awal Maret 2024,” ucapnya.
Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan Cilacap adalah daerah yang saat ini mengalami kekeringan ekstrem karena lebih dari 60 hari tidak hujan.
Wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem di Cilacap, diantaranya Kecamatan Majenang, Wanareja, Cimanggu, Cipari, dan Karangpucung. (Tim Redaksi)