Pada akhirnya, setelah menunggu berjam-jam, mereka hanya bisa menggelengkan kepala.
Ada yang memaki pelan. Ada yang menertawakan situasinya. Ada yang mengabadikan momen itu dalam memori sebagai salah satu episode paling absurd selama menjadi wartawan.
Kekonyolan ini menjadi bukti, bahwa dunia wartawan tidak hanya penuh dengan berita-berita besar, tetapi juga kejadian-kejadian remeh yang membekas.
Lebih dari Sekadar Menunggu: Tentang Kepercayaan di Dunia Jurnalistik
Dalam dunia jurnalisme, kepercayaan adalah modal utama. Tidak hanya kepercayaan publik terhadap media, tetapi juga kepercayaan antar sesama wartawan.
Baca Juga:Tak Banyak yang Tahu, Begini Cara Jurnalis Lakukan Self-Healing untuk Hilangkan Kepenatan Pacsa DeadlineDiduga Lakukan Pungli Dana BOS SD, 3 Pejabat Disdik Kabupaten Cirebon Dilaporkan ke Polisi
Undangan liputan, koordinasi narasumber, atau ajakan bertemu pejabat penting adalah hal yang biasa dilakukan.
Namun semua itu biasanya dilakukan dengan informasi yang jelas, verifikasi yang matang, dan koordinasi yang bertanggung jawab.
Apa yang dilakukan Adang hari itu jauh dari standar tersebut. Ia hanya bermodalkan telepon dari orang asing tanpa identitas jelas. Ia tidak memverifikasi narasumber.
Ia tidak melakukan cross-check. Ia hanya berpegang pada imajinasi bahwa Asep merupakan seseorang yang penting.
Sikap seperti ini tidak hanya merugikan dirinya, tetapi juga merugikan reputasi rekan-rekannya yang datang membawa harapan liputan.
Namun justru karena itu, peristiwa ini menjadi bahan renungan yang dibungkus tawa.
Para Wartawan Pulang: Dengan Tawa, Kesal, dan Cerita Baru
Setelah Adang pergi, wartawan perlahan bubar. Mereka saling bertatapan dan saling melempar komentar:
“Eh, kita beneran dikerjain nih?”
“Narasumber kakap? Kakapnya masih di laut kali.”
“Atau jangan-jangan Asep itu cuma jualan pulsa?”
Humor pun muncul sebagai penawar dari rasa kecewa.
Baca Juga:Pemuda Cirebon Timur Pasang Spanduk Tuntut Transparansi Aktivitas Gedung Ini di CiledugDiduga Ada Praktik Monopoli Limbah oleh Perusahaan di Pabrik Sepatu Cirebon Timur, Hamzaiya Angkat Bicara
Fenomena wartawan dikerjain Adang itu dengan cepat menjadi cerita viral di lingkaran pertemanan mereka.
Setiap menceritakannya, selalu ada tawa yang muncul di ujung kalimat. Bukan tawa lebar, namun tawa pahit yang penuh ironi.
Karena dalam dunia jurnalistik, kisah seperti ini tak pernah benar-benar hilang.
Ia menjadi bagian dari dinamika profesi: dari momen serius hingga momen absurd seperti siang itu.
Epilog: Ketika “Liputan Besar” Berubah Menjadi “Liputan Halu”
