Dari Kuli ke Ruang Redaksi: Kisah Inspiratif Maman Menjadi Jurnalis di Kota Wali

Ilustrasi: Didin Supirman
Perjalanan karir seorang Maman, berasal dari kuli menjadi seorang jurnalis.
0 Komentar

ARTIKELKITA.COM – Di Kota Wali, kisah hidup seorang anak muda bernama Maman menjadi bukti bahwa jalan hidup tidak selalu lurus.

Terkadang berliku, penuh persimpangan, dan sering kali membuatnya harus jatuh bangun.

Tapi dari semua itu, ia belajar bahwa kehidupan selalu memberi kesempatan kepada siapa pun yang tidak menyerah.

Baca Juga:Dudi Suryadarma Buktikan Cirebon Punya Kelas, Karyanya Menang di Film Pendek Terfavorit TVRI Jabar 2025Jawa Barat Genjot Revolusi Transportasi Rel: Dari Jaka Lalana hingga Kereta Kilat Pajajaran

Dari kerja bangunan, kurir, satpam, helper dapur, hingga pedagang kecil, semuanya pernah ia jalani sebelum akhirnya menemukan peran barunya: menjadi jurnalis.

Maman tumbuh dalam keluarga sederhana. Ia sekolah di bawah naungan Kementerian Agama. Tidak ada kemewahan, tidak ada fasilitas istimewa.

Sejak duduk di bangku SMP pada tahun 2007, setiap libur panjang sekolah ia mengikuti ayahnya bekerja bangunan. Bukan karena paksaan. Ia sendiri yang ingin bekerja.

Bapaknya adalah pengawas proyek, sehingga Maman sering diajak untuk membantu sebagai tenaga bangunan.

Usianya masih remaja, tetapi semangat bekerja sudah tumbuh sejak dini. Uang hasil bekerja ia gunakan untuk jajan atau kebutuhan sekolah kecil-kecilan.

Setiap hari ia menerima upah Rp30 ribu dan dibayar setiap hari Sabtu. Jumlah itu tidak besar, tapi bagi Maman cukup menjadikannya bangga karena bisa menghasilkan uang sendiri.

Hampir setiap libur sekolah ia gunakan untuk bekerja. Hingga ia lulus dari Madrasah Aliyah Negeri, ia tetap konsisten menjadi kuli bangunan.

Baca Juga:Langkah Berani XTC Kabupaten Cirebon: Usulkan Pansus Pengawasan Hiburan MalamFestival Jamblang 2025: Cara Hidupkan Kembali Tradisi Cirebon dan Magnet Wisata Baru

Sejak saat itu, ia belajar satu hal penting dalam hidupnya: tidak ada pekerjaan yang harus membuat seseorang merasa rendah diri.

“Ngapain gengsi, perut kosong perlu diisi,” ujar Maman ketika mengenang masa remajanya.

Awal Perjalanan: Menjadi Kurir

Suatu hari, ketika ayahnya mendapatkan pekerjaan membuat sumur bor, Maman dikenalkan kepada pemilik usaha alat-alat listrik.

Pemilik usaha tersebut menawarkan pekerjaan kepada Maman sebagai kurir antar barang.

Tanpa pikir panjang dan ingin mencoba tantangan baru, Maman menerima tawaran itu.

Namun pekerjaan sebagai kurir hanya bertahan lima bulan. Bukan karena fisik yang tidak kuat, tetapi karena sistem manajemen perusahaan yang tidak membuatnya nyaman.

Suatu ketika, ada rekan kerja yang tidak masuk karena sakit. Alih-alih diberi pengertian, sang bos malah memarahinya. Hal itu tidak bisa diterima Maman.

0 Komentar