HUT ke-95 Alwashliyah di Cirebon: Sejarah, Kolaborasi dan Harapan Baru untuk Generasi Muda

Foto: Didin Supirman
Alwasliyah Kabupaten Cirebon merayakan HUT ke-95 di Alwasliyah Center, Minggu 30 November 2025.
0 Komentar

ARTIKELKITA.COM – Pagi di Desa Cempaka, Kecamatan Talun, Minggu 30 November 2025 itu terasa sedikit berbeda.

Gedung Alwashliyah Center tampak lebih ramai dari biasanya. Spanduk sederhana yang terpasang di pintu masuk menandai sebuah perayaan panjang: Hari Ulang Tahun ke-95 Al-Jam’iyatul Washliyah.

Sebuah usia yang tak hanya menunjukkan ketahanan organisasi, tetapi juga perjalanan panjang yang dilewati dengan berbagai warna.

Baca Juga:Dudi Suryadarma Buktikan Cirebon Punya Kelas, Karyanya Menang di Film Pendek Terfavorit TVRI Jabar 2025Jawa Barat Genjot Revolusi Transportasi Rel: Dari Jaka Lalana hingga Kereta Kilat Pajajaran

Orang-orang berdatangan, sebagian bersalaman, sebagian lagi saling menanyakan kabar lama yang tak sempat tersampaikan.

Di antara suasana hangat itu, tampak Ketua Pengurus Daerah Alwashliyah Kabupaten Cirebon, Zaenal Masduqi, bersiap memberi sambutan. Tak ada kesan kaku. Acara itu lebih mirip reuni keluarga besar ketimbang upacara formal.

Ketika Zaenal mulai berbicara, para hadirin dibuat kembali menyadari esensi dari sebuah peringatan hari jadi.

Bukan sekadar tiup lilin atau potong tumpeng, tetapi sebuah kesempatan menengok ke belakang sekaligus menatap ke depan.

“Kalau bicara ulang tahun berarti bicara napak tilas sejarah, kilas balik, dan evaluasi. Di Cirebon, Alhamdulillah sudah 68 tahun hadir sejak 1957.”

“Saat ini sudah ada 14 unit pendidikan, walaupun masih ada yang merangkak untuk maju, namun ada pula yang sudah berdiri tegak dan diminati masyarakat,” ungkapnya.

Kata-kata Zaenal seperti menegaskan bahwa perjalanan 68 tahun Alwashliyah di Cirebon bukan selalu datar.

Baca Juga:Langkah Berani XTC Kabupaten Cirebon: Usulkan Pansus Pengawasan Hiburan MalamFestival Jamblang 2025: Cara Hidupkan Kembali Tradisi Cirebon dan Magnet Wisata Baru

Ada masa merangkak, ada masa berkembang, dan ada pula fase di mana organisasi ini sudah cukup mapan menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat.

Namun di balik rasa bangga itu, Zaenal tetap mengajak hadirin untuk melihat ke dalam. Usia panjang tidak selalu menjamin kesempurnaan. Sebaliknya, justru membuka ruang untuk terus berbenah.

“Titik kelemahan harus kita sadari agar bisa melakukan perbaikan di sana-sini. Kami bukan merasa paling, tapi ikut terlibat bersama ormas lain.”

“Karena Alwashliyah itu washolah, artinya menghubungkan, merekatkan, dan mengharmoniskan,” jelasnya.

Kata “wasolah” itu terasa menjadi kunci. Seolah menjadi identitas yang ingin terus mereka rawat, bahkan diperkuat.

Tidak membentengi diri, tidak berjalan sendiri, tetapi membuka ruang seluas-luasnya untuk berkolaborasi, sesuai dengan tema besar HUT ke-95: Kolaborasi dan Inovasi Menuju Kemajuan Bersama.

0 Komentar